KAITAN HIGH ORDER THINKING SKILLS DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI SEKOLAH DASAR

 

Halo teman-teman belajar Linda, salam literasi

Artikel ini saya tulis karena kegemaran saya menulis tentang HOTS, harapan saya melalui tulisan ini dapat menjadikan ide kepada teman-teman semua dalam menerapkan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak didik kita. Artikel ini saya susun dengan studi kepustakaan. Penulis masih malu-malu untuk mempublikasikan pada jurnal. Saran dan komentar yang membangun sangat diharapkan. 

Matematika merupakan mata pelajaran yang didesain khusus untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah.  Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Wardhani (dalam Harahap, E. R., & Surya, E., 2017:44 ) adalah memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan model yang diperoleh. Saat ini, dunia dihadapkan dengan persaingan global, khususnya dalam bidang pendidikan. Peserta didik  dituntut untuk  memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Hal yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dimasa depan adalah pemecahan masalah (problem solving) dalam kehidupan sehari-hari yakni kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills).

Jelas sekali bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS sangat relevan sekali dengan kehidupan sekarang. Faktor yang dapat menunjang keberhasilan siswa terkait pemecahan masalah khususnya dalam pembelajaran matematika, tidak hanya dari kemampuan siswa sendiri namun didukung oleh faktor guru dan pendekatan pembelajaran yang digunakan di dalam kelas. Seiring dengan itu, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 telah mengemukakan model pembelajaran yang diterapkan harus mengupayakan peserta didik untuk mencari tahu, menjawab sekaligus ikut andil dalam perumusan masalah, berpikir analitis atau mampu mengambil keputusan bukan hanya berpikir mekanistis, dan mampu bersikap kooperatif dan kolaboratif untuk memutuskan suatu peleraian. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan ialah pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).

Siswa Sekolah Dasar sudah memasuki tahap operasional konkret. Rizky Fadjar Choirrul Linda dan Rintis Rizkia Pangestika (2020) mengemukakan bahwa pada tahap ini, anak sudah mulai mengembangkan pemikiran yang didasarkan pada aturan dan operasi yang logis. Anak memiliki operasi logis yang diterapkan pada masalah-masalah yang konkret dan anak belum dapat berpikir secara abstrak. Teori Piaget ini sejalan dengan pendekatan matematika realistik karena pembelajarannya menggunakan konteks yang berasal dari lingkungan siswa. Konteks yang disajikan bisa berupa masalah, permainan, bahkan berupa benda konkret yang dapat dimanipulasi oleh siswa secara langsung. Dengan demikian siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep yang dijelaskan.

Kaitan high order thinking skills dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik di sekolah dasar ialah sesuai dengan tujuan dari high order thinking skills tidak lain untuk meningkatkan peserta didik berpikir pada level yang lebih tinggi dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam situasi yang baru. Kemudian tujuan pendekatan pembelajaran matematika realistik ialah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan mengkntruksi konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian yang kuat tentang konsep-konsep matematika. High order thinking skilss memiliki indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik di sekolah dasar peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pendekatan pembelajaran matematika realistik mempunyai lima karakteristik yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat mengaktifkan semua keterampilan yang ada di dalam high order thinking skills, termasuk di dalamnya yaitu berpikir kritis, logis, reflektif, metakognisi, dan kreatif.

Pada indikator C4 menganalisis yaitu kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa konsep secara utuh, kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui penggunaan masalah kontekstual (the use of context) dan digunakan model atau jembatan dengan instrument vertical (the use of models,bridging by vertical instrument),yang diaplikasikan kedalam sintaks langkah 1 memahami masalah kontekstual dan langkah 2 menjelaskan masalah kontekstual. Indikator C5 mengevaluasi yaitu kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu, kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui digunakannya produksi dan konstruksi oleh siswa (student contribution) dan adanya interaktivitas (interactivity) yang diaplikasikan kedalam sintaks langkah 3 menyelesaikan masalah kontekstual dan langkah 4 membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Indikator C6 mengkreasi yaitu kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan luas, atau membuat sesuatu yang orisinil, kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui adanya keterkaitan antara beberapa bagian dari materi pembelajaran (intertwining), yang diaplikasikan kedalam sintaks langkah 5. Menyimpulkan dari hasil diskusi kelas.Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan mengenai pemecahan masalah, konsep, prosedur atau prinsip yang telah dibangun bersama.

Tabel 2. Kaitan high order thinking skills (HOTS) dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR)

High Order Thinking Skills

(HOTS)

Pendekatan Matematika Realistik

 (PMR)

Level

Proses Kognitif

Karakteristik

Sintaks

C4

Menganalisis

 

1.  Penggunaan masalah kontekstual (the use of context)

2.  Penggunaan masalah kontekstual (the use of context)

Langkah 1.Memahami masalah kontekstual.

 

Langkah 2.Menjelaskan masalah kontekstual.

C5

Mengevaluasi

3.  Digunakannya produksi dan konstruksi oleh siswa (student contribution)

4.  Adanya interaktivitas (interactivity)

Langkah 3. Menyelesaikan masalah kontekstual.

Langkah 4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban.

C6

Mengkreasi

 

5.  Adanya keterkaitan antara beberapa bagian dari materi pembelajaran (intertwining)

Langkah 5. Menyimpulkan dari hasil diskusi kelas.Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan mengenai pemecahan masalah, konsep, prosedur atau prinsip yang telah dibangun bersama.

 

Sumber :

Harahap, E. R., & Surya, E. (2017). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 

                    Siswa Kelas VII dalam Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel.

Linda ,Rizky Fadjar Choirrul dan Rintis Rizkia 

                  Pangestika.2020.Pembelajaran Matematika melalui Kegiatan market Day di 

                  SD Muhammadiyah Kutoarjo.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagian Tumbuhan serta Fungsinya Materi IPA kelas 4 SD